Laman

Sabtu, 14 Maret 2009

we will not go down

WE WILL NOT GO DOWN
michael heart

A blinding flash of white light

Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go downIn Gaza tonight






KITA TIDAK AKAN MENYERAH


Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusakDan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah

Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerahDi malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerahDi Gaza malam ini

PERANG PAREGREK (1)

PERANG PAREGREK
Oleh LANGIT KRESNA HARIADI
RADAR BANYUWANGI jawapos group


Api Dalam Sekam

Belum berkobar, akan tetapi pada suatu ketika bisa berkobar, sementara negara ibarat perahu, seberapa besar perahu itu, ia di tengah lautan luas yang memberinya berlimpah ombak, bisa terombang-ambing dan terguncang-guncang. Boleh jadi ombak besar itu akan mereda dan selamatlah perahu namun bisa pula ombak itu menggulungnya hingga habis tidak tersisa tenggelam seujung tiangnya.

Hal yang demikian bisa terjadi pda majapahit, apalagi apabila salah dalam mengelola. Majapahit tidak pernah lepas dari perjalanan singasari dan merupakan kepanjangan kisahnya. Singasari awal mulanya berasal dari sebuah Pakuwon kecil bernama Tumapel, disebut demikian karena di tempat itu banyak tumbuh apel, yang semula diperintah oleh Tunggul Ametungyang karena kejadian luar biasa, pemerintahanya beralih ke tangan Ken Arok, sang pendiri trah Girindrawangsa atau Rajasawangsa.

Ken arok, ia hanya maling kecil yang sesekali mencegat orang lewat untuk dirampas harta bawaannya. Namun Dang Acarya Ratnamsa sebagaimana ia menuturkan kepada Dang Acarya Nadendra menengarai KenArok, walau ia seorang maling sejatinya titisan Dewa. Demikianlah Dang Acarya Nadendra~yang menggunakan nama sandi Pancaksara dan juga nama sandi Prapanca~itu menuliskannya dalam kakawin berjudul Desawernana, yang menjadi pembuka kisah tentang Majapahit kepada orang-orang di masa mendatang.

Ken Arok adalah anak Ken Endok yang bersuami Gajah Paradari desa Pangkur, namun sejak kecil harus berjibaku dengan kepahitan hidup. Mungkin kedua orang tuanya tidak peduli atau mungkin sudah mati menempatkan Ken Arok harus bertahan menghadapi kepahitan hidup, tidak ada pilihan lain Ken Arok terpaksa harus menyambung hidup dengan cara menjadi pencuri.

Brahmana Lohgawe, sebagaimana ditutrkan Dang Acarya Ratnamsa kepada Dang Acarya Nadendra yang mengikuti perjalanan Prabu Hayam Wuruk mengunjungi wilayah kekuasaannya, brahmana itu menandai tanda-tanda gaib yang melekat pada sosok Ken Arok itu,Brahmana Lohgawe menandainya sejak menemukan jejak maling itu di pandang rumput yang banyak dihuni binatang liar bernama Karautan.Brahmana Lohgawe mengentaskan Ken Arok dasn membawanya menghadap Akuwu Tunggul Ametung yang memiliki istri yang kecantikannya tiada tara, Ken Dedes. Apabila semula Brahmana Lohgawe berhasil menerjemahkan tanda-tanda gaib yang melekat pada diri Ken Dedes. Brahmana Lohgawe curiga, Ken Dedes adalah perempuan utama yang memegang pertanda gaib Ardhanareswari.