Laman

Senin, 31 Mei 2010

Seandainya semua Pemuda sepertiku….!

“Jangan pernah lupakan jasa gurumu, siapapun dia”, kata ibu


Anauriyd wa ana maujud

Ketika sadar menjadi bagian dari bagian bukan yang terbaik maka yang harus aku lakukan adalah sadar memilih dari yang tidak baik tersebut yang paling baik.

Dengan demikian bukan putus asa yang aku pilih, tetapi menjadi sombong adalah suatu pilihan. Menjadi orang sok lebih baik dari pada bersikap masa bodoH. Lebih berguna bagiku menjadi sok pahlawan daripada menjadi sok pecundang.

Dan semua itu ada dalam diriku, aku nyaman dengan segala kekurangan yang telah menjadi warna dalam diriku. Aku adalah orang yang………………

Paling tidak suka melihat ketidak-seimbangan, aku lebih suka sesuatu yang seimbang meski itu adalah sesuatu yang buruk. Aku akan lebih nyaman melihat cewek tidak cantik sekaligus tidak pintar daripada cewek cantik yang tidak pintar

Aku berpikir divergen, dalam berbusana. Ketika lagi booming t-shirt SKA maka aku adalah orang yang tidak (bisa)mengikuti hal tersebut. Orang rumah (terutama istrinya ayah dan anak perempuannnya) paling sering berkata A_B_C D….. agar aku mau berpakaian ala mereka. Asketis,.

Hiburan pertunjukan yang paling aku suka adalah Wayang kulit dan film, tetapi sampai saat ini masih ada beberapa hal yang belum tercapai terkait dengan hal itu. Aku ingin nonton film Daun di Atas bantal juga nonton pagelaran wayang kulit yang tidak hanya melantunkan Sinom Parijoto tetapi juga menampilkan Scene Perang di Tegal Kurusetra dengan iringan musik dari Linkin Park.

Tak ada yang menyenangkan dan menentramkan hati selain nyantai sambil membaca buku. Aku pernah terkena gejala Pilobiblic akut- menjadi marah-marah kalau lihat buku terlipat, sobek dsb. Imbasnya my sister tidak berani merapikan semua propertiku yang berhubungan dengan buku
Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak lagi, tak jarang sekarang aku harus berlapang dada-sebagaimana PMP kelas 5 SD mengajarkan kita untuk selalu bersabar. Meski kadang ga mood juga kalau buku setebal batu bata diremas-remas tangan mahasiswi yang kebetulan iseng pengen pinjam-untuk dipegang tidak untuk dibaca. .-Kutubuku.

Kebetulan aku dulu berprestasi- meski kini aku menganggap itu bukanlah sebuah kebangaan-. Mulai kelas 1 Cawu II sampai kelas VI, dilanjutkan SMP aku selalu dalam posisi 3 besar. Sering ikut lomba, mulai lomba cerdas-cermat yang sekarang jarang diadakan. Pidato, redicting holy quran, Pramuka dll. Ada sdatu pertanyaan kenapa cawu I kelas 1 aku tidak masuk 3 besar?….. ternyata di sini Paradigma yang bermain. Dahulu kala pada zaman itu aku menganggap pengertianRangking adalah seorang murid itu dikerangkeng. Sebuah pemahaman anak-anak mengenai arti kata dari bunyi, sama seperti nenek moyang orang jawa menamakan sesuatu. Sampai pada masa SMA (sesuatu yang aku anggap) Prestasi itu berlanjut. Aku mulai tertarik mendaki gunung lewati lembah, mencoba ikut-ikutan Scuba Diving dan alhamdulillah sampai sekarang aku belum meiliki Brevet dari CMAS/ POSSI,. Artinya aku belum boleh cemplang cemplung seenaknya sendiri. Berprestasi

Padahal…..
Dan
Karena…………..

Ayahku adalah ayah paling baik, dia selalu membawaku setiap kali beliau menyempatkan diri mendengar kuliah filsafat dari para Dalang. Beliau juga yang selalu siap sedia menggeblek geger inocenku saat aku ngambek untuk berangkat ke musola untuk belajar ngaji. Yang selalu mengjari ananknya untuk tidak meminta. dan yang selalu mengingatkan anaknya dengan narasi
“ bedog2 turu, engko bengi fileme G30 S/PKI”
“engko bengi filem perjuangan komarudin…..”

Dan ibuku adalah ibu desa yang mengenalkan anaknya untuk berteman dengan GATRA dan JP. sejak kelas 1. dan sampai sekarang Bobo yang beliau berikan pertama kali aku masih ingat. Berhadiah poster Saint Seiya, membahas tentang Ksatria Baja Hitam dan aku juga masih sangat ingat jika di Bobo waktu itu tidak dibahas sedikit pun mengenai ksatria dalam kisah Mahabarata seperti .Adipati karno yang dikenal protagonist namun sangat fair Play dibanding dengan beberapa Ksatria Pandawa. huh,,,,

Indonesia……. Indonesia……

Dan masih banyak lagi……..(besok aku sambung)

Minggu, 03 Januari 2010

pagi tadi Gus Dur membelaku

Ada yang menyebut dia dengan sebutan ayatullah perdamaian, bapak multikulturalisme, guru bangsa, dan sebutan yanfg lain. Aatapi bagiku dia adalah pembela kaum minoritas. Minoritas bukan hanya urusan etnis tetapi juga ranah yang lain, termasuk kebiasaan Cerita ini sebenarnya sepele tetapi dari hal yang sepele ini justru terlihat betap dia bisa menembus sekat-sekat. Pahlawan sejati memang tidak gengsi untuk membela hal yang sepele.

Terlepas benar salahnya, lioputan di Jawa Pos (3/1) telah melegitimasi pernyataanku. Dari mana akau akan memualai cerita ini yang sedikit membuatku bingung. Tolong simak penuturanku berikut ini.

Aakadang berlaku di antara kita pernyataan2 yang sebenarnya memang tidak salah tetapi tidak serastus persen benar. Mengenai rokok, dari semua penghuni atau rekan yang sering main di KEM(sebutan untuk sekretariat 2 PC IPNU Banyuwangi) mungkin hanya Kang Dur ayang pernah nyantri di pesantren Ciganjur-tempat kediaman almarhum, dan kuliah di ICAS- dan aku yang tidak pernah merokok. Kang dur ajaranag main ke kem, Cuma jika waktu kajian taiap malam kamis saja. Praktis aku yang sering bertemu langsung dengan para smoker2 itu. Amuncul istilah, adegium atau pepatah pun peroboh( opo… maksude). Kalu ga merokok berarti ga jantan….. he…..!!!!

Aku ga terima 200%. Coz tanpa rokok pun aku bisa menaklukan tingginya puncak sejati – aku juga bisa melakukan kegiatan yang mungkian tidak pernah dilakukan rekan2, scuba diving. Dan kegiatan adventure lainnya. Persoalannya sih bukan aku tidak terima atau apa melainkan lebih kepada perlawanan paradigma yang salah di kepala mereka.

Kadang aku bercerita saat aku di stasiun gubeng kepada rekan2, aku ceritakan jika di sana tiap sore di peron2 stasiun banyak sekali orang merokok dan sebagian besarnya adalah kaum hermaprodit, banci. Terus aku tanya kepada rekan2, kalau begitu yang merokok adalah banci dong…..?????!!! ahahaha

Mereka tidak terima, wah… aku berpikir harus ada statemen dari seorang yang mereka jadikan simbol untuk meluruskan acara berpikir yang salah inia.

“Karena Gus Dur pun tidak merokok”, begitu akata yang aku ucapkan kepada mereka pagi ini saat mereka umek kemriyek.

Engkau telah pergi, tetapi masih bisa membela kami kaum minoritas.
Selamat jalan Gus…
From The Blackbiscuit Code

Berawal dari yang paling bawah. alas kaki, tetapi bukan sepatun atau terompah melainkan sandal. Sandal yang baru mengenal tekstur telapak kakiku belum ada sepekan hilang entah dipakai siapa atau sembunyi dimana. Bahkan jika tim forensik darei mabes polri mencari jejakku mnelalui sandal itu kemungkinan besar (ya bisa ditemukan, he…. Ga nyambung). Sandal itu nilainya sih ga lebih dari 2 USD. Tetapi kehilangan sandal rasanya sangat “MENJENGKELKAN” sekali. Alasanya aku ga bisa menyebutkan tapi aku yakin kalian bisa merasakannya.

Di hari sebelumnya, tahun baru ga ada yang beda. Cuma muter2 di jalanan genteng, naik sepeda warna hitam honda grand tahun 97, wehh lengakapnya…. Kaosnya juga warna hitam bonceng dua brother. Rencananya main2 ke tempat belanja trus dilanjutin makan di tempat makan fast food, cepat saji juga cepat habisin uang. Ternyata tanggal 1 banyak yang tutup kecuali gurita Indomaret. Lalu……… dua kaleng soft drink dan beberapa snack terkumpul di meja kasir, salah satunya abiskuit yang beberapa waktu lalu kebingungan men-trust building kepada konsumennya gara2 isu susu bermelamin dari china, itu lho yang diputar dijilat trus disuap, (dicelupin). Oreo.

Sesampai rumah entah karena masih terpengaruh kecerdasan Robert Langdon dalam novel The Da Vinci Code karya Dann Brown yang filmnya ga pernah selesai kulihat atau mungkin terpedaya oleh relerf yang ada pada dua sisi keping biskuit hitam tersebut. Kalu diperhatikan dengan benar dan dengan tempo yang tidak sesingkat-singkatnya maka akan terlaihat simbol sebangsa Swastika atau simbol lain yang penuh rahasia. Ketika otakku loading procces ini apa itu apa, dua brotherku udah ambil saudarannya mahluk yang sedang aku pegang, belum lagi Biyung dan mantan pacarnya yang lagi menteleng nonton liputan tentang wafatnya Sang Guru Bangsa juga ikutan ambil. Tanpa kusadari aku kehilangan waktu untuk merealisasikan ketamakanku. Akhirnya….. bukan habis gelap terbitlah terang, BUT habis terasa manis aku masih kurang…………….

Lagi-lagi karena simbol, aku mengalami *SP-riyen*(dengan e seperti baca sate)- begitu aku menyebut pengalaman, yang kurang menguntungkan. Apakah di negeri aindonesia ini juga ada selain aku yang masih terjebakl dalam simbol-simbol.


Di kampus aku nguantuk banget……. Mungkin tadi keasyikn nonton film di find net, tapi apa hubungannya?
Emang nonton film menguras banyak energi?

Jumat, 01 Januari 2010

janji 2010

ini bukan janji joni yang dibintangi nicholas saputra, tapi ini janji yang aku buat untuk aku sendiri, tertanggal 01012010. janji ini mulai aku buat

1. tidak akan misuh, kecuali jika terdesak.
2. tidak akan hutang sekaligus ngasih hutangan kepada siapaun termasuk kamu
3. akan shalat tepat waktudan bangun tidur lebih pagi setiap hari
4. akan seedikitv mengubah penampilan
5. tak akan membuat istri ayah ataupun suami ibu marah
6. setiap hari punya teman baru
7. mengerahkan energi untuk making money
8. kajian ilmiah tetap jalan
9. menciptakan prestasi berdasarkan ambisi yang belum tercapai di 2009
10. serius


semoga Tuhan mendengar doaku

Minggu, 30 Agustus 2009

mengembalikan jati diri bangsa

Gajah Mada, satria yang menyatukan nusantara adalah putra indonesia,

garuda-garuda bangsa telah lahir, lahirkan kembali semangat jati diri itu

Sabtu, 14 Maret 2009

we will not go down

WE WILL NOT GO DOWN
michael heart

A blinding flash of white light

Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go downIn Gaza tonight






KITA TIDAK AKAN MENYERAH


Cahaya putih yang membutakan mata
Menyala terang di langit Gaza malam ini
Orang-orang berlarian untuk berlindung
Tanpa tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati

Mereka datang dengan tank dan pesawat
Dengan berkobaran api yang merusakDan tak ada yang tersisa
Hanya suara yang terdengar di tengah asap tebal
Kami tidak akan menyerah

Di malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Wanita dan anak-anak
Dibunuh dan dibantai tiap malam
Sementara para pemimpin nun jauh di sana
Berdebat tentang siapa yg salah & benar

Tapi kata-kata mereka sedang dalam kesakitan
Dan bom-bom pun berjatuhan seperti hujam asam
Tapi melalui tetes air mata dan darah serta rasa sakit
Anda masih bisa mendengar suara itu di tengah asap tebal

Kami tidak akan menyerahDi malam hari, tanpa perlawanan
Kalian bisa membakar masjid kami, rumah kami dan sekolah kami
Tapi semangat kami tidak akan pernah mati
Kami tidak akan menyerahDi Gaza malam ini

PERANG PAREGREK (1)

PERANG PAREGREK
Oleh LANGIT KRESNA HARIADI
RADAR BANYUWANGI jawapos group


Api Dalam Sekam

Belum berkobar, akan tetapi pada suatu ketika bisa berkobar, sementara negara ibarat perahu, seberapa besar perahu itu, ia di tengah lautan luas yang memberinya berlimpah ombak, bisa terombang-ambing dan terguncang-guncang. Boleh jadi ombak besar itu akan mereda dan selamatlah perahu namun bisa pula ombak itu menggulungnya hingga habis tidak tersisa tenggelam seujung tiangnya.

Hal yang demikian bisa terjadi pda majapahit, apalagi apabila salah dalam mengelola. Majapahit tidak pernah lepas dari perjalanan singasari dan merupakan kepanjangan kisahnya. Singasari awal mulanya berasal dari sebuah Pakuwon kecil bernama Tumapel, disebut demikian karena di tempat itu banyak tumbuh apel, yang semula diperintah oleh Tunggul Ametungyang karena kejadian luar biasa, pemerintahanya beralih ke tangan Ken Arok, sang pendiri trah Girindrawangsa atau Rajasawangsa.

Ken arok, ia hanya maling kecil yang sesekali mencegat orang lewat untuk dirampas harta bawaannya. Namun Dang Acarya Ratnamsa sebagaimana ia menuturkan kepada Dang Acarya Nadendra menengarai KenArok, walau ia seorang maling sejatinya titisan Dewa. Demikianlah Dang Acarya Nadendra~yang menggunakan nama sandi Pancaksara dan juga nama sandi Prapanca~itu menuliskannya dalam kakawin berjudul Desawernana, yang menjadi pembuka kisah tentang Majapahit kepada orang-orang di masa mendatang.

Ken Arok adalah anak Ken Endok yang bersuami Gajah Paradari desa Pangkur, namun sejak kecil harus berjibaku dengan kepahitan hidup. Mungkin kedua orang tuanya tidak peduli atau mungkin sudah mati menempatkan Ken Arok harus bertahan menghadapi kepahitan hidup, tidak ada pilihan lain Ken Arok terpaksa harus menyambung hidup dengan cara menjadi pencuri.

Brahmana Lohgawe, sebagaimana ditutrkan Dang Acarya Ratnamsa kepada Dang Acarya Nadendra yang mengikuti perjalanan Prabu Hayam Wuruk mengunjungi wilayah kekuasaannya, brahmana itu menandai tanda-tanda gaib yang melekat pada sosok Ken Arok itu,Brahmana Lohgawe menandainya sejak menemukan jejak maling itu di pandang rumput yang banyak dihuni binatang liar bernama Karautan.Brahmana Lohgawe mengentaskan Ken Arok dasn membawanya menghadap Akuwu Tunggul Ametung yang memiliki istri yang kecantikannya tiada tara, Ken Dedes. Apabila semula Brahmana Lohgawe berhasil menerjemahkan tanda-tanda gaib yang melekat pada diri Ken Dedes. Brahmana Lohgawe curiga, Ken Dedes adalah perempuan utama yang memegang pertanda gaib Ardhanareswari.