Laman

Jumat, 16 Juli 2010

Pemilu Kada Banyuwangi- Under Cover.

Di tengah umek-umek sebagai PPS baru, campur aduk curiga, was was dan hal sarulainnya termasuk juga rasa rodo ewuh kepada mantan PPS lama yang telah berkuasa hamper 32 tahun yang kini te-reformasi oleh kami. Ada banyak sekali beberapa hal janggalyang membuatku terpingkal-pingkal. Bahkan beberapa peristiwa ganjil yang terjadi di mabes PPS juga membuat tubuhku menggigil.
Kami bertiga adalah anak muda yang masih agak bego meski begitu kami juga tak mau disebut bodoh. Berikut ini klip freaky moment menjelang, ketika dan pasca Pemilu Kada Kabupaten Banyuwangi-yang khusus di PPS Tegalsari kami beri imbuhan happy ending; pemilu kada banyuwangi happy ending
**********************

H-1; malam hari

Suara dari spiker TOA bergema kemana-mana, sumber suara itu dari mobil yang berisi kolaborasi 3 anggota PPS Tegalrejo-yang sering kami sebut Putra Daerah, seorang operator , sopir dan aku seorang diri dari PPS Tegalsari. Kami siaran betapa pentingnya Pemilu ini untuk tidak ditinggalkan.
“Awas ojo sampek ngangge slogane calon ndo,” terdengar nyaut tanpa sengaja.
“besok hari rabu, 14 Juli jam 7 sampai 12 jangan lupa dating ke TPS terdekat. Gumakan ak pilih anda dengan cerdas, pilihlaah sesuai hati nuerani dan akal pikiran,’ kalimat itu muncul dari mulutku.
Mak bhlekkkkk……… roda belakang mobil ndlesep ke dalam Lumpur di daerah bulak Krasak. Ini baru pakai akal pikran

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Beh,,, jiangk*******, Polisi ne akeh men to ndo. Linmase tuwek-tuwek tapi yo uakeh pisan,” kata Bastomi kepada orang yang berada di ujung saluran teleponnya.
Menggerutu dan mrecang mrecing ketika tau pengeluaran malam itu sungguh fantastis. Takbirotul ihrom di masjid Baitul Abror belum dimulai, tetapi kas di lumbung bendahara PPS telah keluar sekian Dolar Indonesia hanya untuk beli kacang.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Honda grand 97 terdengar nggereng begitu keras ketika Shulhan nguntir gas motor yang dicuci 3 minggu sekali itu.
“Ngappunten lo pak, kula numpa’e kasar, niki kudu dugi TPS dengan cepat,” kata Shulhan.
Dia mencoba berkata derngan sopan kepada bapak Linmas yang dua kali lipat lebih tua dari ayahnya itu. Perjalanan menuju TPS 1 terasa berat dan sangat menegangkan, jalan berliku dengan lubang permanen karena aspal telah rusak menimbulkan sensasi tak kalah seru dengan pembalap liarjalanan Madagaskar.
Mboten nopo-nopo dik, kulo malah kadang lebih kasar saking nki numpake,” begitu jawabnuya dengan percaya diri.
Tanpa terduga…………
Griyyyyyyek!! joglangan di dekat jembatan jurusan Mojosari membuat shock motor anggota PPS itu terasa nggedokq. Namu anehnya bapak Linmas yang sedari tadi setia duduk di belakangnya tidak gentar sama sekali. Ketika mata kanan Shulhan mencoba melihat kondisi tiyang sepah yang ada di belakangnya melalui spion, kedua tangan bapak Linmas itu terlihat njegithet ketakutan.

*******
Mabes PPS yang berada di komplek Balai Desa Tegalsari hanya berisi satu anggota PPS, sementara Hakim Fauzi masih sibuk mondar mandir mencari pecahan uan. 30 meniut lagi diprediksi para kPPS berdatangan. Namun uang untuk honor mereka belum siap, dan itulah yang membuat Fauzi –anggota PPS dari unsure pemuda pemain sepak bola PESAT - itu kedodoran. Sebagai bendahara PPS dia bertanggungjhwab melayani keuangan termasuk menjelaskan bagaimana potongan 1,5% ; 5%; dan 15% untuk honor KPPS tidak disalahkan artikan sebagai asupan gizi untuk para Gayus. Hehehe.

Biyuh….. lhakok pating brudul tekone wong-wong kata bastomi dalam hati.
Melihat KPPS berdatangan dengan membawa kotak suara secara gemberuduk. membuat dirinya was-was. Maklum saja karena adua anggotanya masih belum berada di tempat. Hakim Fauzi masih mencari uang receh, sedangkan Shulhan masih berada di sekitar pesantren Mambaul Huda. Dan yang pasti motor Honda Grand 97 yang dikendarainya meluncur dengan kecepatan mesin 12000 rpm dan kecepatan 60 km/hours….. sementara itu, kondisi bapak Linmas pasti masih seperti semula, harap-harap lemas.

Balai desa sudah sangat ramai ketika Shulhan datang. Bastomi kemudian membentuk emergency desk penerimaan kedatangan kPPS, dia meilih menangani kotak dan Shulhan mendapat bagian menangani berita acara perolehan suara. Ribet sepaneangdan tegang-meski Jupe tidak ikut mencalonkan diri di sini- menjadi satu. Untung kerjadian itu sedikit bisa teratasi dengan bantuan Mr. Muklisin sebagai oprang yang mendapat SK Penjaga Kantor dari PPS. Juga Pak Bonahar yang menjalankan idenya untuk langsung menampilkan hasil rekapitulasi big screen. Paling tidak penggunnaan IT telah masuk desa.

Di tengah kacau balau dan gemuruh disertai gemerincingh gamelan dari grup band resmi Bethari Durga dari Kahyangan Setro Gondo Mayit( alias desas desus yang sangat tidak enak. Semisal tokoh masyarakat yang seharusnya mengayomi tapi malah nggembosi kinerja PPS dsb.-Red) tiba-tiba setelah sekian menit jelas-jelas diharap kedatangannya, fauzi pun tiba. Tanpa raut wajah yang menunjukan ekspresi Siaga Satu, dengan bahasa lirik Suroboyoan nan sehalus logat Solo dia bertanya,
“He…… enek opo, enek opo?”.
Wes ngerti Hittler pemimpin NAZI urip maneh, dunyo arep ambruk. Lha ….kok isik tako’, dan itu yang menjadikan kita semua yang tau dan melihat Fauzi jegaga’an karepe dewe. Dunyo…………….!!!!

Fauzi….. Fauzi….. gerakan senyapmu bagaikan Radiator di bawah tangki YAMAHA VIXION, aduh…………….


Pagi sebelum itu terjadi

Dengan mata kriyip-kriyip aku melihat Bastomi antri dengan Negro, polisi yang bertugas mengamankan markas PPS kami. Aku teringat dan menduga apa serta kenapa mereka.
9 jam before the accident go on,
“ Ayo ndo kabeh munggah neng Dapsun!” kata Bastomi.
Sa’ kal makbredul, dua polisi dua PPS dan satu penjaga kantor yang sekaligus sebagai pengemudinya beraksi.
“Selesai distribusi langsung cari makan,” perintah sang ketua PPS
“Di mana?” Tanya sang sopir
“Rantinem ndo..!” jawab Negro
Sepertinya Negro tidak tau jika ucapannya akan menentukan nasibya 9 jam ke depan dari saat itu. Negro, polisi yang suka menyimpan pistol tidak di temnpatnya dan menggantinya dengan rokok LA memang menjadi the victim of hope.

Singkat cerita, karena euphoria bisa menikmati ayam pedas di musim lombok larang banget membuat mereka lupa daratan perut. Dan akhirnya serangan fajar terhadap perut mereka di pagi itu pun terjadi

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
13 Juli 2010.;

“Pak Sulani…. Kotaknya datang,” teriakan itu ditujukan kepada penghuni rumah yang halamannya dijadikan TPS 9.
Setelah agak lama menunggu si empunya rumah keluar, transaksi terjadi. Kemudian…..
“Kuncine pundi pak” tanya beliau
Shulhan yang tak lain tak bukan aku sendiri menjadi gupuh seketika, seakan reputasi sebagai penanggung jawab distribusi menjadi tercemar. Sa’kal Sa’ enek’e wong udur2an. Sopir, polisi, PPS dan PPL yang ikut mengawal mobil itu pun saling ribut. Gaduh tanpa konflik SARA. Kunci tak ditemukan, namun tanpa diduga-duga satu kalimat dari Sulani, si pemilik rumah bisa menjadikan kami ayem tentrem
Kok mesti anggger pemilu kuncine ical nggeh,”
Damp**………….., untung kunci cadangan masih tersimpan. Huh…. Ra omong ket mau
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
“Halo bisa bicara dengan bapak Rouf Riyadi”
Suara itu terdengar setelahg pemilik nomor 081xxxxxxx yang dihubungi Bastomi dari Nokia silvernya mengangkat panggilan.
“Yes I do,” jawab laki-laki 65 tahun yang menjadi ketua KPPS 23. meski pada Pilpres kemarin Mbah Rouf menjadi PPS dan sekarang hanya KPPS, dia tetap semangat bugar segar.
“Mengingat TPS 23 hanya ada 178 nama dalam DPT, besok jika jam 9 pencoblosan belum usai. Ketua kPPSnya akan dibunuh….!” Gertak Bastomi kepada sesepuh yang seperempat giginya telah rompol.
“Lam….bemu no Bas!, kui lek aturane KPU Yugoslavia…!!!”
Hahahahaaa….. dan semua orang yang mendengarnya tertawa saat itu juga


Pemilu Kada Banyuwangi - Happy Ending, merupakan judul atau slogan yang dipakai oleh PPS Desa Tegalsari. Kami bertiga sepakat jika penambahan kalimat itu menjadikan subtansi pemilu kada bermasalah. Kami siap dibawa ke Jakarta untuk disidang di MK. Hahahaaaaa…!!!!
Alhamdulillah, pelaksanaan Pemilu Kada adem seger mirip es krim Walls yang harganya Rp. 2500. pokok’e happy ending, untuk itu kami:

Subhan Edy Bastomi; lulusan PTS. Saat ini bekerja sebagai mandor tembakau

Ahmad Shulhan Hadi; mahasiswa Ibrahimy yang selalu datang ke kampus namun jarang mengikuti materi dari dosen. Moco novel utowo komik luwih becik tinimbang ngrungokne kuliah teko dosen kanti ngoyo

Hakim Fauzi; guru olahraga. Bene’e mau menikah. Tapi gorme’ bona’ bene’e

Janu, Faris(negro) dan Candra; ketiganya adalah anggota Polsek Tegalsari yang bertugas di tegalsari di bawah komando Pak Gun selaku Kanit Bina Mitra polsek Tegalsari.

P. Mukhlisin; staf desa Tegalsari. Mandataris PPS untuk penjaga kantor

Mbah Abi Kusno; komandanPASPAMRES PASPAMDES-Pasukan Pengaman Desa

Prayudi, S. Sos Kades Tegalsari, Ayah dari Citra- Alumnus SMAN 1 Genteng( Mahasiswi Unair Surabaya). Opo maksute nggow2 anak’e pak lurah ki he,,,,

Mengucapkan terimaksih kepada dulur-dulur kabeh yang sadar bahwa pemilu ini milik kita untuk kemakmuran Banyuwangi